Kamis, 26 Juni 2008

Sepanjang hari kuhabiskan waktu bersama Kefas anaku. Liburan sekolah tapi masih belum bisa pergi kemana-mana menunggu seluruh kegiatanku selesai, mudah-mudahan setelah tanggal 6 Juli kami bisa pergi liburan ke luar kota. Hari ini kami isi dengan pergi ke dua kampus, yang satu di daerah jakarta barat, Universitas Bina Nusantara dan satu lagi di Depok, Universitas Indonesia. Sampai di Depok jam 13.00 dan karena perut sudah minta di isi, Kefas kuajak dan kutraktir makan di cafe Fisip yang nyaman. Kupilih mie kering siram sayuran, udang, kerang, dan cumi-cumi...rasanya wow! yummy. Kefas memilih menu kesukaannya spagheti boloignaise, dan terlalu asem buat dia kebanyakan sausge tomato.

Kafe ini untuk ukuran kampus relatif mahal..kalau bahasanya anak kampus di Jogya adalah "warunge mahasiswa elite". Cafe ditengah kampus sungguh menyenangkan bagi perut kosong. Setelah makan selesai kami melanjutkan ke Plasa Senayan dan nonton Incredible Hulk jam 17.05. Film ini tidak seheboh Kungfu Panda keliatannya karena penonton sedikit atau karena hari kamis?? sehingga tidak banyak orang pergi ke cinema..mungkin saja. Yang penting adalah hari aku menghabiskan waktu bersama anakku. Selesai nonton kami makan di kesukaan dia juga La Mien Cha Chiang di Golden Century. Seperti biasa mainan tidak lupa dan dia minta dibelikan lego pesawat, betapa bahagianya dia karena mendapatkan mainan yang sudah lama di inginkan.
Akhirnya kami pulang jam 19.30. Sampai dirumah langsung dia rakit dan jam 23.00 udah selesai pekerjaan dia...suenengnya dia. Lega rasanya melihat wajah bersinarnya...Dan besok aku mesti pergi lagi untuk melanjutkan pekerjaan yang cukup menantang adrenalin karena menyangkut banyak orang, yaitu berkaitan dengan pembuatan proposal untuk high stakes testing di negeri ini. Tes yang sekarang ini menjadi kontroversi di masyarakat.
Seperti biasa waktu diambil saat weekend karena mencari waktu senggang orang mempunyai pekerjaan tetap di institusi masing-masing. Mudah-mudahan kami berhasil merumuskannya.

Rabu, 25 Juni 2008

Ojek tidak laku di Yogjakarta

PAgi itu tanggal 18 Juni 2008, dengan penerbangan paling pagi aku berangkat ke Yogja dan menginap di rumah seorang sahabat. Pesawat mendarat tepat jam 07.30 dan setelah ambil bagasi, naik taksi bandara menuju ke kampus UNY. Sebelumnya mampir ke rumah sahabat naruh tas dan karena takut terlambat langsungan aja...tanpa memperhatikan jalan masuk ke perumahan. singkat cerita aku langsung aja menuju kampus dan emang sampai sih...tapi yang terlambat ternyata panitian dan pengajarnya...uh! muangkelnya setengah mati...jam karet kok dipelihara!! gerutuku dalam hati.

sampai jam 15.00 kegaitan sudah selesai dan ada kebebasan untuk meninggalkan tempat. Jadi aku pergi dulu karena nguantuk ini udah ndak tahan lagi. Sampai di pinggir jalan mulai terasa bloonnya, kok tadi ndak perhatiin jalan ya???? sekarang aku mesti ngapain nih? kulihat disitu ada tukang becak mangkal, dan kutanya:
"Pak, ada ojek ngga?" sapaku
"oo..ndak ada bu? jawab pak becak
"lalu kalau saya mau ke puri gejayan naik apa ya Pak?"..tanyaku lebih lanjut
"naik angkot saja". Saut si bapak becak.
"matrunuwun Pak!" ucapku berterimakasih.
Akhirnya aku naik angkot dan bilang ke "kenek" angkot tersebut tempat ku akan turun, yaitu Puri Gejayan, dan aku ternyata diturunkan di Kanisius. Turun dari angkot mulai kehilangan orientasi. Arah mana yang mesti kuambil untuk pulang ke Puri Gejayan. Aku berjalan menuju arah condongcatur sampai satu kiloan meter. Karena tidak yakin maka balik lagi jalan kaki mengarah ke Mirota Gejayan. Sampai ke toko HP, niatnya mau isi ulang pulsa tapi ternyata ndak jualan pulsa. Di pintu keluar papasan dengan seorang anak muda yang akan masuk kedalam toko tersebut. Aku mulai bertanya:
"mas tahu puri gejayan ndak?" tanyaku mengawali
"nggak Mba" jawabnya singkat yang lalu diterukan lagi "Mba ingat ngga ancer-ancer nya?!"
"ngga!" jawabku dengan muka bloon.
"bentar mba...kutanyakan dulu pada orang di dalam toko!" katanya sambil masuk toko
tidak lama dia keluar dan menanyakan; "ancer-ancernya jembatan merah bukan?!"...
hatiku sedikit lega dengan menjawab spontan, "iya!!..tadi pak sopir taksi menyebutkan itu!".
Akhirnya aku bertanya, "mas disini ada ojek ngga ya?!"..
dan dia bilang, "ndak ada Mba!" tapi dia meneruskan dengan mengatakan, "mau aku jadi ojeknya?!"...sambil tersenyum dia menawarkan hal tersebut. Sementara orang-orang di dalam toko pada tertawa. Akhirnya aku menerima tawaran tersebut dan diantar sampai di rumah dengan selamat. Kutanyakan berapa yang harus kubayar dan dia tidak mau, akhirnya pergi..mampir pun tidak, apalagi tahu namanya..... :)
Hanya ucapan terimakasih yang kusampaikan dan dalam hati aku berkata ternyata masih ada orang baik di dunia ini, meski jarang...dan di Jogya kota memori aku masih menemukannya..

Refreshing pelatihan assessmen dan psikologi di UNY

Badan masih cape rasanya setelah enam hari berturut-turut mengikuti kegaitan pelatihan assessmen di Universitas Negeri Yogjakarta. Balik Jakarta malah "teler" dan mesti ketemu calon klien lagi...:(. Pelatihan diadakan dari tanggal 18 sampai 24 Juni 2008

Pelatihan assessmen ini sebenarnya bukan materi baru buatku karena semua sudah pernah kupelajari, mulai dari classical test theory, item respons theory, equiting, dan differential item functioning. Karena jadwal seorang temen ke Vietnam dimajukan sehingga terpaksa aku menggantikannya, tapi terbayar deh dengan melihat instruktur dari Amherst cakep mirip pemain Mcgyver..:)..duh senengnya.

Hari pertama dan kedua, materi yang diberikan adalah classical test theory, yaitu tes yang selama ini digunakan di Indonesia baik oleh para praktisi pendidikan maupun psikolog. Tes ini mempunyai kelemahan yaitu sangat tergantung pada sampel atau kelompok, sehingga tes dengan teori klasik ini kurang valid jika digunakan sebagai acuan dalam melihat kemampuan orang. asumsi-asumsinya mempunyai kelemahan dan mudah terpenuhi, misalnya mmengenai error dalam pengukuran. Menurutku sih..klasikal tes ini melihat pada soal (sekumpulan item-item) secara keseluruhan sehingga tidak mampu membedakan kemampuan antar orangnya. Misalnya dua orang sama-sama mendapat nilai 9 dari 10 item yang dikerjakan..tapi sebenarnya kedua orang tersebut mempunyai kemampuan yang berbeda..tapi dalam kacamata klasikal tes kemampuan keduanya sama karena mendapat nilai 9.

Hari ketiga dan keempat, temanya adalah item respons theory atau IRT yang dibangun berdasarkan kelemahan dari klasikal tes tersebut. Dalam IRT ini yang menjadi fokus adalah item, bukan soal secara keseluruhan. Setiap item mempunyai karakterisik item yang mempunyai daya beda dan tingkat kesulitan masing-masing (dalam achievement tes misalnya)...karenanya kemampuan orang menjadi terbedakan dengan melihat item-item mana yang berhasil dikerjakan oleh yang bersangkutan. Asumsinya adalah local independence, unidimensional, dan invariant. Menyenangkan mempelajari IRT ini. Kemudian dilanjutkan ke Lab komputer untuk praktek running software tertentu yang khusus dibuat dengan asumsi-asumsi IRT.

Hari kelima, tema bergeser ke equiting yaitu suatu proses menghubungkan tes yang paralel dengan sampel random yang berbeda (tapi berasal dari populasi yang sama) sehingga akan diperoleh skor dalam skala yang sama. Misalnya Ujian Nasional, kalau proses equitingnya benar maka bisa dibuat analisis nya tentang peningkatan mutu pendidikan. Bukan sekedar angka saja yang naik dari 4 ke 5 (tapi tanpa makna)...dengan equting kenaikan angka ini menjadi lebih bermakna.

hari keenam, lanjutan tema aplikasi IRT adalah differential item functioning (DIF) yaitu suatu cara yang dapat digunakan untuk mencek ada tidaknya bias, entah bias budaya, gender, atau bias bahasa, atau yang lainnya.

Semua tema-tema dalam pelatihan ini sangat diperlukan aplikasinya dalam dunia pendidikan di Indonesia. Sudah banyak para ahli psikometri yang seharusnya mempunyai kontribusi dalam peningkatan kualitas penilaian pendidikan. Tapi kenapa sampai sekarang Ujian Nasional masih keliatan "malu-malu" belum ada tokohnya yang berani bicara di publik menjelaskan arti penting UN bagi kemajuan pendidikan dan pentingnya kajian-kajian mendalam dan komprehensif tentang isue-isue seputar UN...aneh!

Senin, 16 Juni 2008

Akhir Tahun Pelajaran

Kegiatan rutin akhir tahun pelajaran adalah mengambil raport, membeli buku teks pelajaran, baju seragam jika diperlukan, sepatu baru karena kaki bertambah ukurannya, dan tas baru tidak ketinggalan. Yang paling di tunggu si anak adalah liburannnnnnnnn....Dan inilah sepenggal cerita pada saat mengambil raport...menyenangkan sekaligus prihatin. Senang karena si anak naik kelas dan prihatin karena ternyata kemampuan si guru dalam melakukan evaluasi perlu dipertanyakan...ujung-ujungnya adalah seperti inikah potret kualitas guru di negara ini??? Ada banyak hal education practices tidak jalan di sekolah. Belum lagi kenaikan uang sekolah setiap tahun..huuuu...mahalnya biaya pendidikan SD.

Jadwal penerimaan raport di sekolah Anak laki-laki yang kupunya maju sehari dari jadwal semula, seharusnya sabtu, 14 Juni 2008 menjadi Jumat,13 Juni 2008, karena semua guru akan rapat. Dalam rencana nih..ketika ngambil raport nanti akan saya protes tuh guru kelas, kenapa jadi guru kok galak bener dan kasar terhadap anak-anak didik kelas 4 SD. Menurut Kefas (nama anaku), dia pernah di injak tangannya ketika push up sebagai hukuman tidak selesai mengerjakan pekerjaan sekolah, atau dengan mukul kepala anak dengan buku. Ketika hari jumat itu aku mengambil raport, dalam kepala ini sudah penuh rencana akan berbicara apa pada si guru tersebut, bicara sebagai masukan pada yang bersangkutan, bicara sebagai masukan buat sekolahnya, masukan juga buat si anak itu sendiri dan orang tua yang anaknya pernah diperlakukan kasar. Lama menunggu karena nomor antrianku 21, sampai akhirnya tiba giliranku. Seperti biasa kasi salam ke bu Guru, dan mulai beliaunya bercerita dan mengevaluasi tuh anak. Antara lain komentarnya tentang Kefas adalah bahwa anak ini cerdas tapi malas, tulisannya jelek banget tidak terbaca, di kelas super ramai, cerewet, dan main melulu. Sebagai orang tua yang baik kudengarkan saja, meski dalam hati saya nggondok setengah mati...tapi begitu berhadapan dengan orangnya dan mendengarkan ocehan evaluasi terhadap Kefas seperti itu jadi tidak tega, malah timbul rasa kasihan. Beginikah kemampuan guru-guru SD di Indonesia?? kalau hanya begitu ya sebagai orang tua juga sudah tahu...ndak perlu dibahas lagi sebenarnya. Kenapa si Guru Kelas ini tidak membahas masalah kompetensi anak, dimana kekuatan dan kelebihan si anak tersebut. Misalnya ketika dikatakan bahwa rata-rata kelas 8 apa itu maknanya? apa kalau misalnya angka raport 7 lalu hanya dikatakan dibawah rata-rata? apa maknanya?? apa bedanya Kefas dengan Bintang yang juara kelas? bagaimana bisa meningkatkan kemampuan si anak kalau semua serba mengambang, cerdas tapi malas...apa yang harus dikembangkan lagi dari si anak? apa yang menjadi minat anak di sekolah? apa diskriminasi antara anak satu dengan yang lainnya?...akhirnya yang ada dalam hatiku adalah terimaksih sudah mendidik anaku dan sampai juga kelas 5 sekarang, wong tadinya dia tidak bisa apa-apa sekarang kelas 5 itukan sudah pencapaian...yang penting adalah si anak ini masih suka ngeyel yang masuk akal artinya pikiran dia masih "jalan". Misalnya ketika si guru ini menawari untuk les private dan tidak boleh bilang ke siapa-siapa...si Kefas hanya bilang "aku tidak suka ama bu guru karena dia mengajariku untuk bohong".


Aku tahu bahwa menjadi guru memang tidak mudah. Hal paling mudah dari guru adalah menjadi kambing hitam dari permasalahan pendidikan dan anak didik. so?....yang penting anakku naik kelas..hanya itu tidak lebih akhirnya harapan terhadap sekolah..:(...selebihnya adalah peran orangtua dalam keluarga untuk membantu anak berjalan menjalani kehidupannya. Inilah bukti bahwa sekolah saja tidak cukup, peran keluarga sangat signifikan perannya dalam perkembangan anak, dan diperlukan sinergi sekolah dan keluarga.