Senin, 16 Juni 2008

Akhir Tahun Pelajaran

Kegiatan rutin akhir tahun pelajaran adalah mengambil raport, membeli buku teks pelajaran, baju seragam jika diperlukan, sepatu baru karena kaki bertambah ukurannya, dan tas baru tidak ketinggalan. Yang paling di tunggu si anak adalah liburannnnnnnnn....Dan inilah sepenggal cerita pada saat mengambil raport...menyenangkan sekaligus prihatin. Senang karena si anak naik kelas dan prihatin karena ternyata kemampuan si guru dalam melakukan evaluasi perlu dipertanyakan...ujung-ujungnya adalah seperti inikah potret kualitas guru di negara ini??? Ada banyak hal education practices tidak jalan di sekolah. Belum lagi kenaikan uang sekolah setiap tahun..huuuu...mahalnya biaya pendidikan SD.

Jadwal penerimaan raport di sekolah Anak laki-laki yang kupunya maju sehari dari jadwal semula, seharusnya sabtu, 14 Juni 2008 menjadi Jumat,13 Juni 2008, karena semua guru akan rapat. Dalam rencana nih..ketika ngambil raport nanti akan saya protes tuh guru kelas, kenapa jadi guru kok galak bener dan kasar terhadap anak-anak didik kelas 4 SD. Menurut Kefas (nama anaku), dia pernah di injak tangannya ketika push up sebagai hukuman tidak selesai mengerjakan pekerjaan sekolah, atau dengan mukul kepala anak dengan buku. Ketika hari jumat itu aku mengambil raport, dalam kepala ini sudah penuh rencana akan berbicara apa pada si guru tersebut, bicara sebagai masukan pada yang bersangkutan, bicara sebagai masukan buat sekolahnya, masukan juga buat si anak itu sendiri dan orang tua yang anaknya pernah diperlakukan kasar. Lama menunggu karena nomor antrianku 21, sampai akhirnya tiba giliranku. Seperti biasa kasi salam ke bu Guru, dan mulai beliaunya bercerita dan mengevaluasi tuh anak. Antara lain komentarnya tentang Kefas adalah bahwa anak ini cerdas tapi malas, tulisannya jelek banget tidak terbaca, di kelas super ramai, cerewet, dan main melulu. Sebagai orang tua yang baik kudengarkan saja, meski dalam hati saya nggondok setengah mati...tapi begitu berhadapan dengan orangnya dan mendengarkan ocehan evaluasi terhadap Kefas seperti itu jadi tidak tega, malah timbul rasa kasihan. Beginikah kemampuan guru-guru SD di Indonesia?? kalau hanya begitu ya sebagai orang tua juga sudah tahu...ndak perlu dibahas lagi sebenarnya. Kenapa si Guru Kelas ini tidak membahas masalah kompetensi anak, dimana kekuatan dan kelebihan si anak tersebut. Misalnya ketika dikatakan bahwa rata-rata kelas 8 apa itu maknanya? apa kalau misalnya angka raport 7 lalu hanya dikatakan dibawah rata-rata? apa maknanya?? apa bedanya Kefas dengan Bintang yang juara kelas? bagaimana bisa meningkatkan kemampuan si anak kalau semua serba mengambang, cerdas tapi malas...apa yang harus dikembangkan lagi dari si anak? apa yang menjadi minat anak di sekolah? apa diskriminasi antara anak satu dengan yang lainnya?...akhirnya yang ada dalam hatiku adalah terimaksih sudah mendidik anaku dan sampai juga kelas 5 sekarang, wong tadinya dia tidak bisa apa-apa sekarang kelas 5 itukan sudah pencapaian...yang penting adalah si anak ini masih suka ngeyel yang masuk akal artinya pikiran dia masih "jalan". Misalnya ketika si guru ini menawari untuk les private dan tidak boleh bilang ke siapa-siapa...si Kefas hanya bilang "aku tidak suka ama bu guru karena dia mengajariku untuk bohong".


Aku tahu bahwa menjadi guru memang tidak mudah. Hal paling mudah dari guru adalah menjadi kambing hitam dari permasalahan pendidikan dan anak didik. so?....yang penting anakku naik kelas..hanya itu tidak lebih akhirnya harapan terhadap sekolah..:(...selebihnya adalah peran orangtua dalam keluarga untuk membantu anak berjalan menjalani kehidupannya. Inilah bukti bahwa sekolah saja tidak cukup, peran keluarga sangat signifikan perannya dalam perkembangan anak, dan diperlukan sinergi sekolah dan keluarga.

Tidak ada komentar: